MENERJEMAHKAN PARIS BERANTAI DARI KALIMANTAN SELATAN
Saya akan menerjemahkan sebuah lagu dari daerah Kalimantan selatan ke dalam bahasa lainnya. Ada beberapa yang perlu di perhatikan yaitu persoalan bahasa atau makna yang ingin di ungkapkan. Berikut ini upaya saya untuk menerjemahkan lagu yang dimiliki oleh orang banjar yaitu paris barantai. Sebelah menerjemahkan, saya melakukan proses translasi agar makna nya lebih mudah di pahami
.
PARIS BARANTAI
Wayah pang sudah hari baganti musim
Wayah pang sudah
Kotabaru gunungnya bamega
Bamega umbak manampur di sala karang
Umbak manampur di sala karang
Batamu lawan adinda
Adinda iman di dada rasa malayang
Pisang silat tanamlah babaris
Babaris tabang pang bamban kuhalangakan
Tabang pang bamban kuhalangakan
Bahalat gununglah babaris
Babaris hatiku dalam kusalangakan
Burung bintit batiti di batang
Di batang si batang buluh kuning manggading
Malam tadi bamimpililah datang
Rasa datang rasa bapaluk lawan si adding
Rasa bapaluk lawan ading
Kacilangan lampulah di kapal
Di kapal anak walanda main komidi
Anak walanda main komidi
Kasiangan guringlah sabantal
Sabantal tangan ka dada hidung ka pipi
Tangan ka dada hidung ka pipi
TRANSLASI
Zaman lah sudah hari berganti musim
Zaman lah sudah
Kota baru gunungnya bamega
Bamega ombak menerpa di sela karang
Bertemu sama adinda
Adinda iman di dada rasa melayang
Pisang silat tanamlah berbaris
Berbaris tebang lah bamban ku tutupkan
Tebang lah bamban ku tutupkan
Hadap gununglah berbaris
Berbaris hatiku dalam hadapan
Burung bintit berdiam di jamban
Di jamban di jamban buluh menguning
Di jamban buluh
Malam tadi bermimpilah datang
Rasa datang rasa berpeluk sama adik
Rasa berpeluk sama adik
Terang lampu di kapal
Di kapal anak belanda main komedi
Anak belanda main komedi
Kesiangan guringlah sebantal
Sebantal tangan ke dada hidung ke pipi
Tangan ke dada hidung ke pipi
TERJEMAHAN
Masih kah sudah hari berganti musim
Masih kah sudah
Kotabaru gunungnya bamega
Bamega ombak menerpa di sela karang
Ketemu sama adinda
Adinda seakan di dada terasa melayang
Pisang silat tanamlah secara berbaris
Tebang lah berbaris, ku kuhalangkan dengan bamban
Tebang lah kuhalangkan dengan bamban
Hadapkan secara berbaris
Hatiku menunggu dalam hadapannya
Burung bintit berdiam di jamban
Di jamban yang batangnya kuning
Di jamban buluh
Tadi malam datang sebuah mimpi
Rasa datangnya seperti memeluk adik
Rasa berpeluk sama adik
Terang sekali lampu di kapal
Di kapal ada anak belanda main komedi
Kesiangan guring dengan satu bantal
Satu tangan ke bantal dan hidung ke pipi
Tangan ke dada hidung ke pipi
Ada yang perlu diperhatikan pada upaya penerjemahan ini, dalam lagu adalah rindunya seseorang atas orang yang ia cintai. Dalam lagu sangat jelas penggambaran isi hati seseorang yang tak ingin terpisahkan. Selain itu lagu paris barantai juga memiliki suasana hati yang ingin di ungkapkan. Itu terlihat dari lirik-liriknya. Dalam liriknya menceritakan suasana kotabaru diduga disana tempat berteunya sepasang kekasih. Di dalam lirik tersebut ada suasana romantis pada kalimat rasa bapaluk lawan adding.
Saya memilih terjemahan itu sebab pada kalimat rasa bapaluk lawan ading itu seperti ia sedang pelukan pada sang kekasih namun di ungkapkan dalam sebuah mimpi. Meski itu tidak nyata namun ungkapan itu dari senuah hati yg terdalam. Didalam lirik nya juga ada kalimat yang kurang di pahami yaitu pada kalimat Anak walanda main komidi. Pada kalimat itu saya bingung, apa hubungan dari kalimat anak belanda main komedi dengan cinta tersebut ? mungkin maksud dari kalimat tersebut yaitu si kakanda yang ada dirantau atau tempat yang jauh dari sang kekasih. Dan kekasih nya tersebut berada di kotabaru.
Walaupun lagu paris barantai ini sangat popular dikalimantan, namun ada beberapa liriknya yang susah dipahami maknanya. Disisi lain juga liriknya banyak diubah sehingga sulit mengetahui lirik yang asli dengan lirik yang telah dirubah atau disingkat.selain itu di dalam penggunaan kata kotabaru gunungnya bamega disepadankan pada seseorang bernama paris. Paris adalah nama wanita yang dijadikan inspirasi lagu.Akhirnya kita mengetahui sedikit kekurangan pada lirik tersebut. Semoga kedepannya diperbaiki agar mudah dipahami maknanya.
Oleh Muhammad hifni
(Mahasiswa Unmul Fakultas Ilmu Budaya Samarinda, lahir di Harusan Kalimantan Selatan).
Nim : 1614015012
Kelas : A
Rabu, 26 April 2017
Senin, 24 April 2017
Ringkasan Buku Pengadilan Puisi
Muhammad Hifni
1614015012
PENGADILAN PUISI INDONESIA MUTAKHIR DAN JAWABAN
Harian kompas
4 September 1974 menyiarkan acara baca puisi di
Bandung itu, “ Selain pembacaaan puisi juga akan diadakan pengadilan
puisi,” tulis Kompas, “yaitu penilaian terhadap puisi Indonesia modern, yang
ditulis oleh penayair –penyair kita.’’Acara itu terbuka untuk umum. Demikianlah
Puisi Indonesia Mutakhir jadi terdakwa yang diadili ; ada jaksa yang mendakwa,
ada pembela yang menangkis dakwaan,ada orang-orang yang memberikan kesaksian
dan tentu saja kemudian ada hakim yang memutuskan. Dakwaan merupakan sejumlah
kejengkelan terhadap keadaan kritik puisi, terhadap kritikus M.S Hutagalung dan
H.B Jassin, terhadap penjagoan Subagio Sastrowardoyo oleh MSH serta penjagoan
W.S Rendra oleh HBJ
Tuntutan berbunyilah begini: Pertama, para kritikus
yang tidak mampu lagi mengikuti perkembangan puisi mutakhir, Khususnya HBJ dan
MSH, harus “dipensiunkan” dari peranan yang pernah mereka miliki. Kedua, para
editor majalah sastra, Khususnya Horison
(Sapardi Djoko Damono) dicuti-besarkan. Ketiga, Para penyair mapan seperti
Subagio, Rendra, Goenawan, dan sebangsanya dilarang menulis puisi dan para
epigonnya harus dikenakan hokum pembuangan, Kemudian inkarnasi dibuang ke pulau
paling terpencil. Keempat, dan terakhir, Horison
dan Budaya Jaya harus dicabut SIT-nya
dan yang sudah terbit selama ini dinyatakan tidak berlaku.
Hakim Darmanto menolak semua tuntutan jaksa. Jaksa
Slamet Kirnanto tidak merasa puas terhadap keputusan ini dan menyatakan naik
banding ke pengadilan yang lebih tinggi. “Boleh-boleh saja,” kata Hakim. “Nanti
kapan-kapan di kota lain.” Pembela merasa heran dengan prestasinya dan minta
supaya kopinya ditambah panitera. Permintaan di kabulkan.
SAYA MENDAKWA KEHIDUPAN
PUISI INDONESIA AKHIR-AKHIR INI TIDAK SEHAT, TIDAK JELAS DAN BRENGSEK.
Kepada
majelis peradilan sekarang ini saya akan menyampaikan sebuah karikatur yang
menggambarkan betapa makin tidak sehatnya ruang kehidupan sastra Indonesia.
Khususnya kehidupan puisi Indonesia. Sungguh sangat aneh dalam negeri sendiri
orang tidak menyadari tentang munculnya gejala dan kecendrungan-kecendrungan
baru itu. Dengan lagak seorang juri ia menilai dan sekaligus mengumumkan bahwa
dewasa ini penyair yang terkemuka di Indonesia adalah Subagio Sastrowardoyo
baru menyusul kemudian nama-nama Goenawan Mohammad, Sapardi Djoko Damono, dan
Rendra. Menurut Hutagalung, puncak keberhasilan Subagio adalah pada sajak” Dan Kematian
Semakin Akrab”di mana kekurangannya dalam kekuatan emosional cukup terpenuhi.
Dalam kesempatan itu, H.B Jassin naik pitam menolak
keputusan bekas anak didiknya itu. Menurut kritikus kawakan ini, penyair
terkemuka di Indonesia sekarang ini adalah Rendra. Rendra berhasil
menggambarkan gagasan-gagasan yang dalam, lekuk-liku kejiwaan yang sulit diraba
dan pikiran-pikiran yang tinggi dengan kata-kata sederhana dari kehidupan
sehari-hari dan imaji-imaji yang kongkret. Kalau demikian halnya, maka Nampak
sekali bahwa kehidupan kreativitas penulisan
puisi, tidak sekadar menulis dan menulis, memperdalam tingkat kedewasaan
dan kesenimanannya; namun, orang dipaksakan menggelarkan semacam papan catur
untuk meneguhkan mazhab, jalur, kepopuleran, dan lain-lain.
BEBERAPA CATATAN BERTALIAN
DENGAN PENGADILAN PUISI INDONESIA MUTAKHIR
Demikian
pula rupanya di antara orang yang mengetahui peristiwa itu hanya dari surat
kabar, salah paham jadi lebih besar lagi, karena laporan itu kehilangan suasana
yang mestinya meliputi ruangan “pengadilan “ itu. Si terdakwa ialah puisi
Indonesia Mutahir yang tentu didukung oleh penyair Indonesia mutakhir. Dalam
pengadilan puisi ini sudah sewajanya dihadirkan juga para penyair dan para
kritikus untuk mempertanggung jawabkan apa yang disebut sebagai dosa-dosanya.
Didalam pengadilan sesungguhnya tentulah seorang pembela akan memajukan
eksepsi, tapi saya sebagai peninjau merangkap tertuduh pada kesempatan ini
lebih berminat untuk minta diteruskan jalannya pengadilan dan membicarakan apa
yang perlu dibicarakan demi mencapai kejernihan dan keadilan.
PUISI KITA DEWASA INI (Jawaban
Saya Terhadap slamet kirnanto)
Saya sendiri
selalu menghadapi kritik-kritik yang ditujukan kepada saya secara positif,
sebab saya kira sudah wajar seorang yang suka mengkritik mau juga di kritik.
Pada mulanya saya mengira juga bahwa “pengadilan puisi” itu sebagai leluconan
saja, yang tidak perlu ditanggapi secara serius. Beberapa waktu yang lalu saya
mengemukakan bahwa tulisan Slamet Kirnanto di Sinar Harapan mengenai
sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri menimbulkan bau apak dalam kehidupan sastra
umumnya, kritik sastra khususnya. Dari pembicaraan kirnanto sebagai orang yang
punya pretensi untuk disebut sebagai pengayom penyair-penyair muda itu kita
lihat juga pahamnya yang jelek yakni
kurang demokratis, sebagai paham yang seharusnya dominan pada generasi
kita masa kini. Saya sendiri merasa wajar saja bila kirnanto memuja Sutardji
dan barangkali juga bermaksud secara tidak langsung memuja diri sendiri, tetapi
sebaiknya ia memberi bukti- bukti dan alasan-alasan yang masuk akal.
KOMENTAR BERHUBUNGAN DENGAN
PENGADILAN PUISI INDONESIA MUTAKHIR (Goenawan Mohammad)
Harus
diakui, ini hasil akal bagus untuk mengadakan diskusi puisi dengan cara baru.
Cara yang lama mungkin dianggap membosankan atau kurang daya Tarik. Dasar
pikiran penjual obat di alun-alun masih cukup sah untuk ditiru: maunya jual
obat, tapi buat aktrasi perlu ada sedikit jungkir-balik.
TENTANG “TUNTUTAN” Slamet Kirnanto : Maaf, saya
simpulkan semua ini berdasarkan ikhtisar dalam Koran, dari mana “tuntutan”
Slamet Kirnanto tersebar ke mana-mana. Mutunya sebagai pengusut perkembangan
puisi kira-kira sama dengan mutunya sebagai petinju.
TENTANG “HAKIM” DAN ISI PEMBICARAAN : saya dengar
“hakim” di hari itu adalah Sonento Yuliman dan Darmanto Jt. Saya tidak tahu
bagaimana penilaian Taufiq Ismail sebagai “ pembela” terhadap para “hakim” tapi
saya lebih penting ialah ini : saya mendapat kesan isi pembicaraan dalam “
pengadilan” itu bagaimana sibuknya para penyair itu terus menerus dengan diri mereka sendiri.
TENTANG KEHIDUPAN PUISI : kalau kini atau nanti Subagio
Sastrowardoyo, W.S Rendra, Taufiq Ismail dan lain-lain tidak lagi menghasilkan
sesuatu apa pun yang berharga, tak usah kita panik. Sekali lagi, Tokoh kita
adalah puisi, bukan penyair. Yang kita butuhkan adalah puisi yang berharga
hingga lebih baik seorang penyair berhenti menulis daripada ia memaksa diri
kasih unjuk tenaganya tapi Cuma menghasilkan ampas. Tidak ada salahnya puisi
hidup tanpa kita.
Senin, 17 April 2017
Bangun Nya Kota Samarinda Oleh La Mohang Daeng Mangkona
oleh : Muhammad Hifni
sasindo (A)
Hari
sabtu tanggal 08 April 2017, kami beserta dosen kami yaitu kak Dahri Dahlan
melakukan kunjungan ke tempat yang bersejarah dan memiliki legenda yaitu “MAKAM
LAMOHANG DAENG MANGKONA SAMARINDA”. Di kampus saya mendengarkan musik agar
tidak jenuh. Saya datang sebelum jam 8 pagi.
suasana kampus yang masih sepi ditambah lagi teman-teman belum
datang.sambil menunggu yang lain datang. Saya mendengarkan music sambil baring.
sekitar jam 09.30 teman-teman sudah mulai berdatangan.
Waktu sudah menunjukkan jam 10 lewat dan dosen
kami pun datang. Sebelum melakukan perjalanan kami di kampus di berikan arahan
dan melakukan doa, agar selamat sampai tujuan. Setelah berdo’a kami langsung
melakukan perjalanan. Kami bersama rombongan melakukan perjalanan melewati
jalan pelabuahan.
Di sekiar pelabuhan saya
melihat kapal-kapal besar yang bersandar. Lalu kami menuju arah pasar pagi.
Disana sangat ramai. Di jalan rombongan kami sangat banyak ada yang sambil
bergurau, ada yg kebut dan ada yang santai. Tiba lah kami di jembatan
Mahakam.ketika melintasi jembatan Mahakam tersebut banyak kendaraan yang melintasi arus pun jadi macet. Setelah melewati
jembatan Mahakam tiba lah kami di sebrang. Ternyata Perjalanan menuju makam la
mohang daeng mangkona masih jauh,.terlihat bahwa samarinda sebrang tidak
seramai dengan samarinda kota.di perjalanan ke sana kami welewatibjalan yang
berlobang dan tidak rata. Kurang lebih
15 menit sampai lah kami di MAKAM LA MOHANG DAENG MANGKONA. Untuk pertama
kalinya saya ke sana.
Saya merasa aneh dengan
tempat ini. Mungkin karena terlihat angker dan
rasa ingin tau lebih jauh cerita legenda MAKAM LA MOHANG DAENG
MANGKONA. Masuk lah Saya ke halamannya
dan berkumpulah kami sambil menunggu teman yang lain datang, saat itu datanglah
penjaga makam tersebut yaitu pak. Kami bersalaman dengan bapak tersebut.
Sebelum kami bertanya dan mengenali. Banyak teman-teman berfoto selfie.
DEFINISI DAN JENIS LEGENDA
LEGENDA
ADALAH DONGENG YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAJAIBAN ALAM, YAITU TENTANG
TERJADINYAA SUATU TEMPAT, GUNUNG, SUNGAI, DANAU, DAN SEBAGAINYA.
(Hartadi,1997:86)
PROFIL LA MOHANG DAENG MANGKONA
Hasil pengamatan saya di
makam La mohang Daeng mangkona samarinda sebrang. Awal kedatangan La Mohang
Daeng Mangkona yang mula membangun Kota Samarinda ini Pada tangal 21 januari
1668. La Mohang Daeng Mangkona adalah tokoh penting berdirinya Kota Samarinda
di provinsi Kalimantan Timur. Pada awalnya ia merantau dari Sulawesi. Ia
seorang muslim bias di lihat dari makam nya yang berkaligrafi arab. Ia diberi
wilayah oleh kerajaan kutai yang berwilayah di pinggiran sungai Mahakam. Secara
cerita beliau adalah orang Kuat. La Mohang Daeng Mangkona memiliki badan yang
tinggi besar dan bersorban putih. Ia wafat di Samarinda Sebrang dan
dibangungkanlah sebuah makam. Sampai saat ini makam istri beliau belum
diketahui.
Nama belau memiliki arti
yaitu : La artinya Seumuran, Daeng itu di atasnya (orang yang lebih tua) dan
Mangkona yaitu yang diberi kekuasaan. Kain kuning yang ada di batu nisannya itu
memiliki arti bahwa ia adalah seorang kerajaan. Secara daerah ia pantas
dikatakan Pahlawan. Secara jumlah total kelompoknya belum diketahui naman
sejarah mengatakan sekitar 200 orang. Belau juga tokoh yang berperan dalam
penyebaran islam di Kota Samarinda.di sekitaran makamnya atau di bagian
belakang dekat perkebuanan ada makam yang jumlahnya di perkirakan sekitar seratusan.
Ada seorang penjaga makamnya yang bernama pak Abdillah juru kunci ke 3 setelah
ayah dan kakaknya.
Pernah suatu ketika ada
kebakaran besar di makam dan sekitarnya. Anehnya makam La Mohang Daeng Mangkona
tidak terbakar. Konon makam di bagian belakang dekat kebun memliki hawa yang
panas. Karena dalam legenda tersebut bahwa mereka adalah penghianat.
Pada awal penyebaran orang
bugis di wilayah Kalimantan Timur oleh keluarga bangsawan wajo dan bone pada
tahun 1665. Waktu itu kedua keluarga bangsawan Bone dan Wajo sedang mengadakan
penghelatan besar pernikahan putra putri kedua putra putri kedua keluarga
bangsawan. Sengketa berawal dari persoalan sabung ayam yang berakhir dengan
tewasnya maltolla anak bangsawan Bone ditikam anak bangsawan Wajo bernama LA Ma’dukelleng,
yaitu putra Agung raja paniki. (Balham,2009:17)
Kematian
mattalla anak bangsawan bone tak dapat diterima begitu saja oleh pihak kerabat
kerajaan Bone. Pertempuran pun terjadi antara wajo dan Bone. Pihak Bone
memiliki kekuatan yang cukup besar, maka secara perlahan kekuatan wajo mulai
melemah. Maka pihak wajo memutuskan agar La ma’Dukelleng mengungsi meninggalkan
wajo pergi ke tanah kutai di Kalimantan timur. Rombongan tersebut di pimpin
oleh Lamohang Daeng Mangkona. Rombongan tersebut menuju daerah kerajaan kutai
yang masih berpusat di kutai lama. Berangkatlah rombongan yang di pimpin Daeng
Mangkona menuju kutai kartanegara untuk meminta perlindungan dengan Raja Kutai
yang waktu itu di rajai oleh Aji pangeran Dipati Mojo Kesumo yang memerintah di
daerah muara Mahakam sungai Mahakam. Setelah beberapa hari mereka berlayar
akhirnya sampailah mereka di daerah muara sungai Mahakam. (Balham,2009:19)
Untuk
kepentingan pertahanan, Lamohang Daeng Mangkona serta pengikutnya di beri
daerah rantai rendah yang subur di pinggiran kiri sungai Mahakam keberadaan
Mereka di tempat tersebut selain untuk membuka perkampungan juga untuk
kepentingan pertahanan dan pengembangan perekonomian kerajaan. Untuk itu
Lamohang Daeng Mangkona di percayakan sebagai petinggi di daerah tersebut
dengan gelar” Poa Adi. Pemberian tersebut tidak sia-sia, apa yang diharapkan
oleh Raja Kutai memang berhasil. Semakin lama kampong yang baru di buka itu
semakin berkembang serta makmur. Karena itu mereka disini disebut orang-orang
berbudi dan rendah hati. Nama ini sangat mempengaruhi keadaan daerah itu dengan
nama “Sama Rendah’’ yang makin lama
kelamaan berganti dengan sebutan “Samarinda”.
Asli nama samarinda itu adalah yang kini disebut sebagai samarinda seberang. (Balham,2009:19-20)
-
Lintasan Sejarah Terbentuknya Kota Samarinda
Kota Samarinda tumbuh dari
tiga kampong permukiman suku Kutai Puak melanti yaitu Kampung Mamgkupalas,
Karamumus dan Karang Asam. Ketiga kampong ini bergabung dengan Kelurahan Ulu
Dusun di Kutai Lama di bawah pimpinan Ngabehi Ulu. Sejak abad ke-14 ketiga
Kampung itu memperoleh pengaruh yang sangat kuat dari kerajaan Gowa di Sulawesi
Selatan, akan tetapi sesudah kelahiran kerajaan Makassar itu tahun 1667 atau
sesudah perjanjian Bungaya (1662) pengaruh Makassar berangsur-angsur berkurang
di Kalimantan Timur. (Hasyiim,1986:30)
Awal
Mula Perjalanan la Mohang Daeng Mangkona Dan
rombongan sampai ke kalimantan
sejak permulaan tahun 1600
orang-orang Bugis telah ada yang bertempat tinggal disekitar jaitan layar di
kutai, dengan demikian juga pada masa-masa selanjutnya, arus migrasi itu kian
lama terus bertambah . terutama ketika rombongan di bawah pimpinan La Mohang
Daeng Mangkona hijrah ke kerajaan
kutai,dimana sebelumnya mereka mendarat di muara pasir untuk menambah bekal
perjalanannya, mereka datang dengan 18 buah perahu kecil dengan jumlah 200
orang, sebenarnya di antara rombongan
iitu terdapat 8 orang bangsawan wajo (la maddu’kelleng / putera mahkota, La
Pallawa Daeng Marowwa, puanna Dekke’, La Siraje’ Daeng Manambang, la Manja
Daeng Lebbi’, Puanna Tereng, La Sawedi Daeng segala dan manropi’ Daeng Punggawa) Kedatangan rombongan ini
dicatat didalam buku Eisenberger
rombongan
tersebut menghadap raja Kutai (pangeran Sinom Panji Mendapa 1635-1675), yang
waktu itu sudah berdiam di pemarangan (kampung jembayan sekarang). Dari hasil
permupakatan dengan raja kutai,maka kepada rombongan tersebut diberikan lokasi
sekitar kampong melanti, suatu daerah dataran rendah yang baik untuk usaha
pertanian, perikanan dan perdagangan. Selain itu sesuai dengan perjanjian ,
bahwa orang Bugis harus Membantu segala kepentingan raja kutai, terutama di
dalam menghadapi musuh.
Semula rombongan tersebut memilih daerah sekitar muara
Sungai Karang Mumus (daerah selili sekarang). Tetapi Daerah ini menimbulkan
kesulitan didalam pelayaran karena daerah yang ber-ulak dengan banyak kotoran
sungai, selain itu latar belakang dengan gunung- gunung ( gunung selili)
kemudian mereka pindah ke daerah sebrangnya yakni Samarinda.
(sjahrani,1987:4)
Kesimpulan Mengenai Tokoh La Mohang Daeng Mangkona
Menurut saya La Mohang Daeng Mangkona adalah tokoh
yang sangat berjasa dalam cikal bakal terbentuknya kota samarinda. Ia bisa
menjadi teladan bagi kita, dimana kita berlabuh, kita harus menjadi orang yang
baik dan berguna. Tokoh seperti La Mohang Daeng Mangkona akan di kenang oleh
warga Samarinda karena telah berjasa dalam penemuan kota ini. ia adalah orang
yang kuat. Walaupun telah terjadi perselisilihan antara wajo dan bone, namun ia
mencari jalan keluar yaitu dengan merantau ke suatu daerah dan sampai lah ia di
Kalimantan.kita bias jadikan Seorang tokoh seperti La Mohang Daeng Mangkona
sebagai teladan kita.
-
Harapan
saya agar makam La Mohang Daeng Mangkona dan pengikutnya Lebih di rawat
lagi, karena saya lihat makam nya
berdebu. Di tambah lagi makam pengikutnya kurang terawat. Banyak batu nisan
yang lepas, banayak sampah dll. Semoga ke depannya pemerintah lebih
memperhatikan karena itu aset yang sangat berharga.
Demikian artikel ini saya
Tulis. Semoga bermanfaat bagi kita semua dan juga menambah wawasan kita tentang
Tokoh-tokoh terdahulu Yang berjasa Untuk Negeri ini. Terima Kasih. Wassalam.
Daftar pustaka :
Balham, Johansyah. 2009.
Riwayat Samarinda dan cerita Legenda Kalimantan Timur, Biro Humas Pemprov
Kalimantan Timur.
Sjahrani, Dachlan, 1987. Beberapa
Usaha Untuk Menemukan Hari Jadi Kota Samarinda. H.Dachlan sjahrani.
Achmad, Hasyim. 1986.
Sejarah Kota Samarinda, Depdikbud
Hartadi, Sinung. 1987. Bahasa
Indonesia Bahasaku, Tim Penyusun Bahasa Indonesia
Langganan:
Postingan (Atom)