oleh : Muhammad Hifni
sasindo (A)
Hari
sabtu tanggal 08 April 2017, kami beserta dosen kami yaitu kak Dahri Dahlan
melakukan kunjungan ke tempat yang bersejarah dan memiliki legenda yaitu “MAKAM
LAMOHANG DAENG MANGKONA SAMARINDA”. Di kampus saya mendengarkan musik agar
tidak jenuh. Saya datang sebelum jam 8 pagi.
suasana kampus yang masih sepi ditambah lagi teman-teman belum
datang.sambil menunggu yang lain datang. Saya mendengarkan music sambil baring.
sekitar jam 09.30 teman-teman sudah mulai berdatangan.
Waktu sudah menunjukkan jam 10 lewat dan dosen
kami pun datang. Sebelum melakukan perjalanan kami di kampus di berikan arahan
dan melakukan doa, agar selamat sampai tujuan. Setelah berdo’a kami langsung
melakukan perjalanan. Kami bersama rombongan melakukan perjalanan melewati
jalan pelabuahan.
Di sekiar pelabuhan saya
melihat kapal-kapal besar yang bersandar. Lalu kami menuju arah pasar pagi.
Disana sangat ramai. Di jalan rombongan kami sangat banyak ada yang sambil
bergurau, ada yg kebut dan ada yang santai. Tiba lah kami di jembatan
Mahakam.ketika melintasi jembatan Mahakam tersebut banyak kendaraan yang melintasi arus pun jadi macet. Setelah melewati
jembatan Mahakam tiba lah kami di sebrang. Ternyata Perjalanan menuju makam la
mohang daeng mangkona masih jauh,.terlihat bahwa samarinda sebrang tidak
seramai dengan samarinda kota.di perjalanan ke sana kami welewatibjalan yang
berlobang dan tidak rata. Kurang lebih
15 menit sampai lah kami di MAKAM LA MOHANG DAENG MANGKONA. Untuk pertama
kalinya saya ke sana.
Saya merasa aneh dengan
tempat ini. Mungkin karena terlihat angker dan
rasa ingin tau lebih jauh cerita legenda MAKAM LA MOHANG DAENG
MANGKONA. Masuk lah Saya ke halamannya
dan berkumpulah kami sambil menunggu teman yang lain datang, saat itu datanglah
penjaga makam tersebut yaitu pak. Kami bersalaman dengan bapak tersebut.
Sebelum kami bertanya dan mengenali. Banyak teman-teman berfoto selfie.
DEFINISI DAN JENIS LEGENDA
LEGENDA
ADALAH DONGENG YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAJAIBAN ALAM, YAITU TENTANG
TERJADINYAA SUATU TEMPAT, GUNUNG, SUNGAI, DANAU, DAN SEBAGAINYA.
(Hartadi,1997:86)
PROFIL LA MOHANG DAENG MANGKONA
Hasil pengamatan saya di
makam La mohang Daeng mangkona samarinda sebrang. Awal kedatangan La Mohang
Daeng Mangkona yang mula membangun Kota Samarinda ini Pada tangal 21 januari
1668. La Mohang Daeng Mangkona adalah tokoh penting berdirinya Kota Samarinda
di provinsi Kalimantan Timur. Pada awalnya ia merantau dari Sulawesi. Ia
seorang muslim bias di lihat dari makam nya yang berkaligrafi arab. Ia diberi
wilayah oleh kerajaan kutai yang berwilayah di pinggiran sungai Mahakam. Secara
cerita beliau adalah orang Kuat. La Mohang Daeng Mangkona memiliki badan yang
tinggi besar dan bersorban putih. Ia wafat di Samarinda Sebrang dan
dibangungkanlah sebuah makam. Sampai saat ini makam istri beliau belum
diketahui.
Nama belau memiliki arti
yaitu : La artinya Seumuran, Daeng itu di atasnya (orang yang lebih tua) dan
Mangkona yaitu yang diberi kekuasaan. Kain kuning yang ada di batu nisannya itu
memiliki arti bahwa ia adalah seorang kerajaan. Secara daerah ia pantas
dikatakan Pahlawan. Secara jumlah total kelompoknya belum diketahui naman
sejarah mengatakan sekitar 200 orang. Belau juga tokoh yang berperan dalam
penyebaran islam di Kota Samarinda.di sekitaran makamnya atau di bagian
belakang dekat perkebuanan ada makam yang jumlahnya di perkirakan sekitar seratusan.
Ada seorang penjaga makamnya yang bernama pak Abdillah juru kunci ke 3 setelah
ayah dan kakaknya.
Pernah suatu ketika ada
kebakaran besar di makam dan sekitarnya. Anehnya makam La Mohang Daeng Mangkona
tidak terbakar. Konon makam di bagian belakang dekat kebun memliki hawa yang
panas. Karena dalam legenda tersebut bahwa mereka adalah penghianat.
Pada awal penyebaran orang
bugis di wilayah Kalimantan Timur oleh keluarga bangsawan wajo dan bone pada
tahun 1665. Waktu itu kedua keluarga bangsawan Bone dan Wajo sedang mengadakan
penghelatan besar pernikahan putra putri kedua putra putri kedua keluarga
bangsawan. Sengketa berawal dari persoalan sabung ayam yang berakhir dengan
tewasnya maltolla anak bangsawan Bone ditikam anak bangsawan Wajo bernama LA Ma’dukelleng,
yaitu putra Agung raja paniki. (Balham,2009:17)
Kematian
mattalla anak bangsawan bone tak dapat diterima begitu saja oleh pihak kerabat
kerajaan Bone. Pertempuran pun terjadi antara wajo dan Bone. Pihak Bone
memiliki kekuatan yang cukup besar, maka secara perlahan kekuatan wajo mulai
melemah. Maka pihak wajo memutuskan agar La ma’Dukelleng mengungsi meninggalkan
wajo pergi ke tanah kutai di Kalimantan timur. Rombongan tersebut di pimpin
oleh Lamohang Daeng Mangkona. Rombongan tersebut menuju daerah kerajaan kutai
yang masih berpusat di kutai lama. Berangkatlah rombongan yang di pimpin Daeng
Mangkona menuju kutai kartanegara untuk meminta perlindungan dengan Raja Kutai
yang waktu itu di rajai oleh Aji pangeran Dipati Mojo Kesumo yang memerintah di
daerah muara Mahakam sungai Mahakam. Setelah beberapa hari mereka berlayar
akhirnya sampailah mereka di daerah muara sungai Mahakam. (Balham,2009:19)
Untuk
kepentingan pertahanan, Lamohang Daeng Mangkona serta pengikutnya di beri
daerah rantai rendah yang subur di pinggiran kiri sungai Mahakam keberadaan
Mereka di tempat tersebut selain untuk membuka perkampungan juga untuk
kepentingan pertahanan dan pengembangan perekonomian kerajaan. Untuk itu
Lamohang Daeng Mangkona di percayakan sebagai petinggi di daerah tersebut
dengan gelar” Poa Adi. Pemberian tersebut tidak sia-sia, apa yang diharapkan
oleh Raja Kutai memang berhasil. Semakin lama kampong yang baru di buka itu
semakin berkembang serta makmur. Karena itu mereka disini disebut orang-orang
berbudi dan rendah hati. Nama ini sangat mempengaruhi keadaan daerah itu dengan
nama “Sama Rendah’’ yang makin lama
kelamaan berganti dengan sebutan “Samarinda”.
Asli nama samarinda itu adalah yang kini disebut sebagai samarinda seberang. (Balham,2009:19-20)
-
Lintasan Sejarah Terbentuknya Kota Samarinda
Kota Samarinda tumbuh dari
tiga kampong permukiman suku Kutai Puak melanti yaitu Kampung Mamgkupalas,
Karamumus dan Karang Asam. Ketiga kampong ini bergabung dengan Kelurahan Ulu
Dusun di Kutai Lama di bawah pimpinan Ngabehi Ulu. Sejak abad ke-14 ketiga
Kampung itu memperoleh pengaruh yang sangat kuat dari kerajaan Gowa di Sulawesi
Selatan, akan tetapi sesudah kelahiran kerajaan Makassar itu tahun 1667 atau
sesudah perjanjian Bungaya (1662) pengaruh Makassar berangsur-angsur berkurang
di Kalimantan Timur. (Hasyiim,1986:30)
Awal
Mula Perjalanan la Mohang Daeng Mangkona Dan
rombongan sampai ke kalimantan
sejak permulaan tahun 1600
orang-orang Bugis telah ada yang bertempat tinggal disekitar jaitan layar di
kutai, dengan demikian juga pada masa-masa selanjutnya, arus migrasi itu kian
lama terus bertambah . terutama ketika rombongan di bawah pimpinan La Mohang
Daeng Mangkona hijrah ke kerajaan
kutai,dimana sebelumnya mereka mendarat di muara pasir untuk menambah bekal
perjalanannya, mereka datang dengan 18 buah perahu kecil dengan jumlah 200
orang, sebenarnya di antara rombongan
iitu terdapat 8 orang bangsawan wajo (la maddu’kelleng / putera mahkota, La
Pallawa Daeng Marowwa, puanna Dekke’, La Siraje’ Daeng Manambang, la Manja
Daeng Lebbi’, Puanna Tereng, La Sawedi Daeng segala dan manropi’ Daeng Punggawa) Kedatangan rombongan ini
dicatat didalam buku Eisenberger
rombongan
tersebut menghadap raja Kutai (pangeran Sinom Panji Mendapa 1635-1675), yang
waktu itu sudah berdiam di pemarangan (kampung jembayan sekarang). Dari hasil
permupakatan dengan raja kutai,maka kepada rombongan tersebut diberikan lokasi
sekitar kampong melanti, suatu daerah dataran rendah yang baik untuk usaha
pertanian, perikanan dan perdagangan. Selain itu sesuai dengan perjanjian ,
bahwa orang Bugis harus Membantu segala kepentingan raja kutai, terutama di
dalam menghadapi musuh.
Semula rombongan tersebut memilih daerah sekitar muara
Sungai Karang Mumus (daerah selili sekarang). Tetapi Daerah ini menimbulkan
kesulitan didalam pelayaran karena daerah yang ber-ulak dengan banyak kotoran
sungai, selain itu latar belakang dengan gunung- gunung ( gunung selili)
kemudian mereka pindah ke daerah sebrangnya yakni Samarinda.
(sjahrani,1987:4)
Kesimpulan Mengenai Tokoh La Mohang Daeng Mangkona
Menurut saya La Mohang Daeng Mangkona adalah tokoh
yang sangat berjasa dalam cikal bakal terbentuknya kota samarinda. Ia bisa
menjadi teladan bagi kita, dimana kita berlabuh, kita harus menjadi orang yang
baik dan berguna. Tokoh seperti La Mohang Daeng Mangkona akan di kenang oleh
warga Samarinda karena telah berjasa dalam penemuan kota ini. ia adalah orang
yang kuat. Walaupun telah terjadi perselisilihan antara wajo dan bone, namun ia
mencari jalan keluar yaitu dengan merantau ke suatu daerah dan sampai lah ia di
Kalimantan.kita bias jadikan Seorang tokoh seperti La Mohang Daeng Mangkona
sebagai teladan kita.
-
Harapan
saya agar makam La Mohang Daeng Mangkona dan pengikutnya Lebih di rawat
lagi, karena saya lihat makam nya
berdebu. Di tambah lagi makam pengikutnya kurang terawat. Banyak batu nisan
yang lepas, banayak sampah dll. Semoga ke depannya pemerintah lebih
memperhatikan karena itu aset yang sangat berharga.
Demikian artikel ini saya
Tulis. Semoga bermanfaat bagi kita semua dan juga menambah wawasan kita tentang
Tokoh-tokoh terdahulu Yang berjasa Untuk Negeri ini. Terima Kasih. Wassalam.
Daftar pustaka :
Balham, Johansyah. 2009.
Riwayat Samarinda dan cerita Legenda Kalimantan Timur, Biro Humas Pemprov
Kalimantan Timur.
Sjahrani, Dachlan, 1987. Beberapa
Usaha Untuk Menemukan Hari Jadi Kota Samarinda. H.Dachlan sjahrani.
Achmad, Hasyim. 1986.
Sejarah Kota Samarinda, Depdikbud
Hartadi, Sinung. 1987. Bahasa
Indonesia Bahasaku, Tim Penyusun Bahasa Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar